Krisis Kian Parah: Desakan Pemecatan Ruben Amorim di Manchester United Menguat Pasca-Kekalahan dari Brentford

Manchester United kembali terperosok ke dalam krisis setelah menelan kekalahan memalukan dari Brentford di laga Premier League akhir pekan ini. Hasil minor ini semakin memperpanjang catatan buruk di bawah asuhan Ruben Amorim, yang kini mencatat angka statistik yang mengkhawatirkan: 17 kekalahan dari 33 pertandingan sejak ditunjuk pada November 2024.
Kekalahan terbaru di Gtech Community Stadium menunjukkan kerapuhan yang mendalam. Igor Thiago menggandakan keunggulan Brentford hanya dalam 20 menit pertama. Meskipun Benjamin Sesko sempat mencetak gol perdananya untuk United, comeback itu pupus. Penalti yang gagal dieksekusi oleh Bruno Fernandes dan gol telat Mathias Jensen di menit ke-95 memastikan kemenangan telak 3-1 bagi tuan rumah.
Hasil ini memperjelas pandangan bahwa proyek Amorim di Old Trafford telah kehilangan arah dan identitas. Ironisnya, di bawah kendalinya, Setan Merah belum pernah mencatat dua kemenangan beruntun di liga, sebuah indikasi akut dari inkonsistensi.
Analisis Pakar: Joe Cole Tuntut Perubahan Budaya
Mantan bintang Chelsea dan pandit sepak bola, Joe Cole, menilai bahwa sudah saatnya Manchester United mengambil haluan yang berbeda. Dalam analisisnya di TNT Sports, Cole tidak hanya menyalahkan taktik, tetapi menyoroti disharmoni internal yang merusak klub secara keseluruhan.
“Ini soal harmoni di seluruh klub. Seragam MU adalah yang paling berat di dunia, karena sejarah dan ekspektasi yang besar,” ujar Cole. “Tugas utama manajer adalah membawa harmoni dan menyegarkan kembali budaya klub.”
Cole menekankan bahwa kekacauan yang terjadi bukan hanya milik pelatih, melainkan masalah struktural. Siapa pun manajer yang menukangi United harus mampu menyatukan kembali semua elemen: pemain, dewan klub, pemilik, hingga suporter yang makin frustrasi.
Apakah Amorim Harus Dipecat?
Ketika didesak mengenai nasib Amorim, Cole memberikan jawaban yang enggan namun tegas. Ia menyimpulkan bahwa meskipun Amorim adalah pelatih muda berbakat, chemistry-nya dengan skuad dan situasi United saat ini tidak berhasil.
“Ya, saya pikir begitu. Ia pelatih muda berbakat, tapi campuran situasi saat ini tampaknya tidak bekerja,” tegas Cole, menambah berat desakan publik.
Dilema Manajemen: Dukungan dan Kompensasi Finansial
Di tengah tekanan media dan publik yang memuncak, manajemen Manchester United dikabarkan masih menunjukkan dukungan penuh kepada Amorim. Namun, dukungan ini diduga kuat bukan hanya didasari kepercayaan, tetapi juga pertimbangan finansial.
Memutus kontrak pelatih asal Portugal itu di tengah musim akan memicu tantangan finansial yang signifikan karena nilai kompensasinya yang besar. Keputusan memecat manajer akan semakin rumit mengingat adanya perubahan kepemilikan saham dan restrukturisasi operasional klub yang sedang berlangsung.
Jadwal Kritis di Depan Mata
Waktu yang dimiliki Amorim untuk membalikkan keadaan semakin menipis. Ia kini dituntut untuk segera memperbaiki performa, dan dua pertandingan ke depan akan sangat menentukan nasibnya:
Laga Home Wajib Menang: Melawan Sunderland pada 4 Oktober di Old Trafford, yang harus menjadi titik awal kebangkitan.
Ujian Penentu: Bertandang ke markas rival abadi Liverpool di Anfield pada 19 Oktober, sebuah pertandingan yang secara tradisional menjadi penentu krisis atau kebangkitan manajer United.
Jika United gagal mendapatkan poin maksimal di dua laga ini, khususnya saat bertandang ke Liverpool, dukungan manajemen yang tersisa bisa jadi akan runtuh, membuat pilihan pemecatan Amorim, betapapun mahalnya, menjadi tidak terhindarkan.