Dari Rivalitas ke Persaudaraan: Rizky Ridho Tegaskan Sepak Bola Adalah Pemersatu Bangsa

JAKARTA – Kapten Persija Jakarta dan bek andalan Timnas Indonesia, Rizky Ridho Ramadhani, kembali menyoroti peran sosial sepak bola yang melampaui batas-batas kompetisi. Dalam sesi podcast bertajuk “Ruang Ganti Timnas” di Vidio Sports Festival 2025, Minggu (19/10/2025), Ridho menegaskan bahwa sepak bola adalah alat paling efektif untuk mempersatukan bangsa.
Pernyataan Ridho tersebut didukung oleh momen bersejarah baru-baru ini yang melibatkan dua basis suporter terbesar di Indonesia.
Momen Damai di Gelora Bung Tomo
Ridho secara spesifik mencontohkan pertandingan Super League antara Persebaya Surabaya melawan Persija Jakarta yang digelar di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) pada Sabtu, 18 Oktober 2025. Laga tersebut bukan hanya sekadar pertemuan dua tim raksasa, tetapi juga pembuktian nyata rekonsiliasi suporter.
“Ya untuk orang-orang semua, sepak bola ini bagian dari pemersatu bangsa. Seperti kejadian kemarin, Tim Persija sebelumnya adalah rival dari Persebaya, tapi kemarin kita lihat pendukung Persija bisa bebas datang ke Gelora Bung Tomo dan diterima dengan baik,” ujar sang bek tangguh tersebut.
Momen tersebut menjadi sorotan karena untuk pertama kalinya setelah sekian lama, The Jakmania (suporter Persija) disambut dengan penuh persaudaraan oleh Bonek Mania (suporter Persebaya) di Surabaya. Rivalitas sengit yang telah berlangsung bertahun-tahun seakan dilebur oleh semangat sportivitas dan rasa hormat.
Ridho berharap momen ini menjadi preseden bagi seluruh kelompok suporter di Tanah Air: “Itu bisa menjadi contoh bagi suporter-suporter lainnya bahwa sepak bola adalah tempat yang nyaman dan aman.”
Ridho: Simbol Jembatan Rivalitas
Pandangan Ridho mengenai persatuan memiliki resonansi yang kuat, mengingat ia sendiri adalah figur yang menjembatani rivalitas dua klub tersebut.
Sebelum menjadi kapten Macan Kemayoran (Persija), Ridho adalah bagian tak terpisahkan dari Bajul Ijo (Persebaya) . Ia memulai kariernya di tim Persebaya U20, lalu naik ke tim senior dan mencatatkan 43 penampilan, sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Persija Jakarta dan mendapatkan kepercayaan menjadi kapten tim.
Latar belakang unik Ridho—berkarier di klub yang secara tradisi dikenal sebagai rival abadi—memberinya posisi yang tepat untuk menyuarakan pesan perdamaian dan persatuan. Transisinya dari ikon Persebaya menjadi pemimpin Persija, tanpa menghilangkan rasa hormat dari kedua basis suporter, semakin memperkuat pesannya bahwa perbedaan identitas klub seharusnya tidak menghalangi persaudaraan sejati.